Menu

Thursday, January 27, 2005

AGDEX : SISTEM PENGGOLONGAN

Oleh:
Achmad Djunaedi [PUSTAKA-DEPTAN]
aajunaedi@yahoo.com


Pendahuluan

Dalam pembangunan pertanian, perpustakaan sebagai sumber informasi pada kegiatannya bertugas dan berfungsi mengumpulkan informasi tentang segala aspek yang berkembang pada bidang pertanian, dengan penyimpanan, memelihara, dan mengelola pemanfaatan koleksi bahan pustaka untuk para pengguna perpustakaan yang meliputi peneliti, penyuluh, mahasiswa, dan masyarakat pertanian lainnya. Peranan perpustakaan pertanian merupakan salah satu jembatan komunikasi yang dapat diharapkan untuk pencapaian cita-cita dalam pembangunan pertanian. Seperti halnya dukungan pelayanan perpustakaan dan sistem komunikasi penelitian yang telah memberikan sumbangan besar dalam penemuan banyak inovasi pertanian (Badan Litbang Pertanian, 1997).

Upaya peningkatkan percepatan pembangunan pertanian melalui komunikasi hasil penelitian pertanian, Suratman (1992) mengemukakan bahwa mengapa hasil penelitian yang telah ada masih banyak yang belum memasyarakat di kalangan petani-nelayan, sehingga berbagai anggapan timbul, seperti ada yang mengemukakan banyak hasil pertanian yang telah diciptakan oleh peneliti belum memenuhi harapan dan ada pula anggapan bahwa hasil penelitian sukar dicerna. Salah satu upaya mengatasi masalah tersebut khususnya para penyuluh pertanian di BPP (Balai Penyuluh Pertanian) berusaha menginformasikan publikasi pertanian yang sederhana, praktis, ekonomis, dan efisien yang berbentuk dalam Lembar Informasi Pertanian (LIPTAN).

Lembar Informasi Pertanian menggunakan sistem Agdex yaitu suatu sistem penggolongan, pengindeksan, dan penyimpanan publikasi dari informasi pertanian. Sistem ini menggunakan warna kode yang terdiri dari 10 bagian terbesar dengan setiap bagian dibagi dalam 100 judul tersendiri.

Peranan Pustakawan sebagai pengelola perpustakaan dipandang perlu untuk mengetahui sistem ini sebagai sarana komunikasi hasil penelitian pertanian yang dapat dijadikan sebagai koleksi bahan pustaka di perpustakaan. Pustakawan profesional selalu berusaha untuk meningkatkan IPTEK dalam pengelola informasi dan berupaya meningkatkan kemampuan dan kemauan pada jati dirinya dalam perkembangan SDM.

Kelebihan dan kekurangan dalam sistem Agdex ini perlu dikaji lebih lanjut dan disesuaikan dengan kondisi serta keadaan perpustakaan yang dikelolanya, sehingga dapat berdayaguna dan berhasilguna pada pemanfaatannya.

Masalah dan Upaya Mengatasinya

Pada era reformasi ini dan masih terusnya krisis berkepanjangan yang melanda di Indonesia, sebagai salah satu wacana dalam pemikiran untuk dapat terus mengembangkan pembangunan pertanian, serta berupaya mengatasi multi krisis itu, dengan alternatif harapan pada bidang pertanian adalah memperdayakan informasi hasil penelitian pertanian adalah bentuk LIPTAN di perpustakaan.

1. LIPTAN andalan dalam OTDA
LIPTAN adalah publikasi lembaran informasi pertanian yang diterbitkan oleh masing-masing daerah pada institusi jajaran Departemen Pertanian yang berada di tiap-tiap propinsi di Indonesia. Adanya multi krisis, khususnya krisis moneter dan ekonomi, diharapkan LIPTAN dapat mengatasinya, karena bentuk penampilan yang sederhana dan ekonomis serta praktis informasinya yang dapat cepat dicerna oleh petani-nelayan dan masyarakat pertanian pada umumnya. Publikasi LIPTAN relatif murah dan dapat direalisasikan keberadaanya oleh masing-masing daerah dengan mempublikasikan komoditas yang menjadi andalan dengan spesifik lokasi daerahnya dalam menyongsong Otonomi Daerah (OTDA) yang penuh dengan persaingan.

2. Sistim pengolahan Informasi

Pengolahan Informasi pada setiap perpustakaan lazimnya menggunakan sistim klasifikasi UDC atau DDC dalam kegiatannya untuk melayani pengguna perpustakaan. Suatu tantangan untuk Pustakawan pertanian mengolah publikasi berbentuk LIPTAN dengan menggunakan sistim Agdex yang menggunakan pembagian dan memberi kode / cirri pada pewarnaan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut peran Pustakawan profesional selalu ingin meningkatkan pengetahuannya, dituntut untuk berusaha dengan tekun mempelajari metode pengolahan informasi seperti yang dikemukakan oleh Sulastuti Sophia (1996) bahwa pengolahan informasi harus memiliki kemampuan memahami isi dokumen / informasi yang diolah sehingga dapat memilih dengan benar nomor / klasifikasi dan kata-kata kunci yang akan digunakan dalam mencari kembali informasi dalam penyimpan.

3.Tajuk Entri Utama (TEU)

Lembar informasi pertanian di terbitkan oleh masing-masing daerah yang menjadi Tajuk Entri Utama sebagai kepengarangan yang bertanggung jawab atas isi infomasi adalah institusi / lembaga daerah tersebut. Balai Informasi Pertanian (BIP) yang dulu di bawah lembaga induk Badan Diklat Pertanian dan sekarang di era reformasi menjadi dibawah induk Badan Litbang Pertanian.seperti lembaga/institusi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian (LPTP), Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian (IP2TP), dan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) yang tersebar di seluruh propinsi Indonesia.

4. Penyimpan koleksi LIPTAN

Publikasi lembar informasi pertanian diterbitkan oleh masing—masing daerah propinsi dengan menggunakan kode warna pada tiap komoditasnya. Tidak menutup kemungkinan terdapat subyek / dan permasalahan yang sama diterbitkan oleh masing-masing daerah. Penyimpanan dianjurkan tidak mengelompokkan pada jenis warna tetapi sesuai dengan penomoran sistem Agdex, disusun berurutan. Tetapi kecendrungan yang ada dan dianggap mempermudah dalam penemuan kembali hanya dengan melihat jenis warna. Hal ini memang disadari bahwa dengan sistim warna orang akan cepat melihat dengan jelas. Upaya untuk mengatasinya antara lain dengan pengelompokan pada suatu daerah terbitan atau propinsi dengan disimpan dan terkumpul pada box khusus atau file bindek dengan disusun menurut nomor Agdex. Publikasi LIPTAN ini dapat dikelompokkan dengan bentuk brosur yang menuntut penempatan tersendiri dari koleksi bahan pustaka lainnya di perpustakaan.


Perkembangan Agdex

Agdex adalah nama yang diberikan untuk suatu sistem penggolongan, pengindeksann dan penyimpanan publikasi-publikasi pertanian. Sistem ini dikembangkan di suatu pendidikan diploma di Universitas Ohio. Edisi pertama dari buku pegangan Agdex ini diterbitkan di Amerika serikat pada tahun 1959. Sampai tahun 1969, Agdex telah digunakan oleh lebih dari 30 negara bagian USA. Sistem ini juga secara meluas digunakan di Canada. Edisi pertama diperbaiki pada tahun 1969 dan buku pegangan ini digunakan untuk perkembangan sistem di Australia.
Kira-kira tahun 1974 diputuskan bahwa Australia akan bekerja sama untuk memproduksi suatu buku pegangan baru yang cocok untuk digunakan di seluruh Australia. Setelah didiskusikan dan dikonsultasikan secara luas mengenai Agdex yang disesuaikan untuk digunakan di Australia maka edisi kedua dicetak pada bulan September 1976. Edisi ketiga sedang dipersiapkan untuk diterbitkan pada tahun 1983 berdasarkan hasil lokakarya Agdex diberbagai negara di Asia dan Pasifik.


SISTEM Agdex

Agdex terdiri dari 10 bagian terbesar dengan setiap bagian dibagi dalam 100 judul tersendiri. Setiap bagian besar dibedakan dengan warna.

100 – 199 Tanaman budidaya [ hijau]
200 – 299 Sayuran dan buah-buahan [merah muda]
300 – 399 Dunia tumbuh-tumbuhan/vegetasi [ungu]
400 – 499 Dunia hewan/zologi [merah]
500 – 599 Tanah, air dan lahan [coklat]
600 – 699 Penyakit, hama dan kimiawi [biru]
700 – 799 Mesin-mesin pertanian [orange]
800 – 899 Ilmu ekonomi pertanian [kuning]
900 – 999 Penelitian dan penyuluhan [kelabu]
000 – 099 Umum [putih]

Bagian-bagian seperti : berbagai macam tanaman budidaya, sayuran dan buah-buahan, dunia tumbuh-tumbuhan dan dunia binatang diistilahkan sebagai komoditas pertanian dalam sistem Agdex ini. Setiap 100 judul-judul tersendiri dari komoditas pertanian dikelompokkan dalam sepuluh bagian, seperti hasil pertanian berupa biji-bijian, hasil pertanian berupa makanan ternak, padang rumput, dan sebagainya. Setiap kelompok dari 10 bagian terbesar itu hanya merupakan suatu daftar hasil-hasil pertanian yang mewakili sekelompok judul. Maka untuk komoditas pertanian berupa biji-bijian, nama tersendirinya adalah 111 untuk jagung, 112 untuk pada umumnya dan seterusnya.

Untuk mewakili aspek-aspek pengelolaan dan pemeliharaan tanaman dari setiap judul bagian komoditas memiliki 100 judul bagian yang disebut subyek yang dapat dikombinasikan dengan setiap judul dari bagian komoditi. Maka jika mempunyai suatu publikasi berjudul “Pertumbuhan padi di Jawa” dapat menggabungkan antara komoditi padi 112 dengan nomor subyek dari 10 pengelolaan pada umumnya. Kode Agdex-nya akan menjadi 112/10. Jika publikasi berjudul “Pertumbuhan rami di Kalimantan” kode-nya adalah 152/10.
Maka empat dari 10 bagian utama dari Agdex adalah komoditi pertanain yang dapat dikombinasikan dengan subyek pertanian. Sedang enam bagian utama lainnya dipandang sebagai ilmu-ilmu pengetahuan pertanian. Bagian-bagian utama ini merupakan suatu daftar dari 100 judul yang disatukan dalam 10 bagian utama. Bagian-bagian utama ini tidak dapat dikombinasikan dengan bagian subyek. Judul-judul ilmu pengetahuan pertanian dapat digunakan untuk mengklasifikasikan suatu publikasi seperti “Pengetesan tanah untuk kebutuhan pupuk” yang mempunyai kode Agdexnya 533.
Jika suatu publikasi mencakup kedua hal itu, yaitu masalah pertanian dan ilmu pengetahuan seperti “Pupuk urea untuk pertumbuhan padi”, maka nomor untuk masalah padi 112 digabungkan dengan nomor ilmu pengetahuan yaitu 541 dan kode Agdex untuk publikasi itu menjadi 112/541. Jika suatu publikasi berisi informasi suatu komoditas pertanian baik subyek maupun “Ilmu pengetahuan” maka ada suatu keputusan tentang apakah menggunakan kombinasi antara komoditi pertanian dengan subyek atau kombinasi antara komoditi pertanian dengan ilmu pengetahuan yang dalam pembentukkannya berdasarkan titik berat dari isi publikasi tersebut.
Maka ada 3 kemungkinan kode nomor Agdex –nya yaitu :
- komoditi pertanian dengan subyek
- ilmu pengetahuan
- komoditi pertanian dengan ilmu pengetahuan

Publikasi-publikasi dapat diberi kode warna untuk mencapai nomor Agdex untuk memudahkan perbaikan dan mempercepat penyamaan dari pokok-pokok masalah. Sebagai contoh, dokumen-dokumen tentang aspek-aspek kesehatan kerbau dapat dengan mudah dibedakan dari materi yang lain, dimana untuk dokumentasi masalah kerbau digunakan kode warna biru. Publikasi yang berisi informasi yang termasuk bagi “ilmu pengetahuan” dan “komoditi” pertanian maka warna kertasnya sesuai dengan “Ilmu pengetahuan pertanian” misalnya pupuk urea untuk pertumbuhan padi maka kodenya 112/541 dan warna kertasnya coklat.
Dengan pemberian kode Agdex terhadap publikasi pada saat penerbitan maka publikasi dapat disimpan secara teratur menurut nomor-nomor kode Agdex yang telah distandarkan.

Keuntungan-keuntungan dari sistem Agdex yaitu :
* Sistem Agdex sederhana dan mudah untuk dipelajari
* Sistem Agdex menggunakan warna untuk kode
* Sistem Agdex memungkinkan para editor dan pengarang untuk memberi kode materi sebelum disebarkan.
* Sistem Agdex dapat menyediakan bahan-bahan informasi yang akan disebarkan dengan lebih mudah.
*Sistem Agdex sudah berjalan secara internasional dan mungkin menjadi dasar dari suatu standar penyimpanan informasi penyuluhan pertanian regional dan merupakan suatu sistem penelusuran yang mudah.


Kesimpulan

1. Agdex merupakan suatu sistim pengelompok dengan membagi 10 bagian besar kode ciri penggunakan warna .

2. Pustakawan professional pertanian selalu berusaha meningkatkan kemampuan dirinya dengan terus mengembangkan pengetahuan terutama yang berkaitan dengan bidang pertanian.

3. LIPTAN merupakan lembar infomasi pertanian yang dibutuhkan dan diperlukan oleh masyarakat petani-nelayan sebagai jembatan komonikasi ilmiah antara masyarakat pertanian dan penyuluh / peneliti pertanian


Daftar Pustaka

Badan Litbang Pertanian
5 (lima) tahun Penelitian dan Pengembangan Pertanian 1992-1996 Menyongsong Era Global. Jakarta, 1997 : 113 p.

Balai Informasi Pertanian Jawa Barat
Pedoman penggunaan sistim Agdex dalam sistim penggolangan. Pengindekan dan penyimpanan publikasi informasi pertanian, 1986: 40 p.

Sophia, Sulastuti
Masalah-masalah dalam pengolahan bahan masukan untuk pangkalan data hasil penelitian pertanian. Jurnal Perpustakaan Pertanian vol. 5(2), 1996 : 59-66

Suratman, Maman
Motivasi Pustakawan dalam Peningkatan Peranannya untuk Pembangunan. Jurnal Perpustakaan Pertanian vol. 1(1), 1992 : 1-16

No comments: